Walaupun Hidup Dalam Kekurangan, Pak Akop Tetap Semangat Jalani Kehidupannya

Pak Akop saat dikunjungi oleh Yudi Iskandar dikediamannya
KEPRINEWS | BINTAN - Pak Akop adalah salah satu kepala keluarga yang tinggal di Desa Malang Rapat Kampung Teluk Dalam, walaupun Pak Akop tinggal dan hidup dalam serba kekurangan namun Pak Akop bersama istri tercintanya tetap semangat dalam menjalani Ibadah Puasa di bulan suci Ramadhan 1442 H tahun ini. Apalagi saat ini dalam masa pandemi Covid-19 kita ketahui bersama betapa sulitnya untuk menjalani hidup sehari-hari.
Kisah pilu Pak Akop (75 tahun) yang ditemani oleh sang isteri tercinta adalah gambaran kehidupan keluarga miskin yang tinggal disalah satu Desa Malang Rapat. Pasangan suami istri ini sangat berat dalam menjalani kehidupan yang seyogyanya hanya bermodalkan tetap sehat, namun Pak Akop sejatinya tetap semangat dalam mencari nafkah demi kelangsungan hidup.
Dengan berangsurnya cahaya matahari secara perlahan yang akan ditelan kegelapan malam dan berakhir di ufuk barat, sambil menunggu beduk yang berbunyi disetiap Mesjid, menandakan bahwa saat masuknya berbuka puasa, terlihat Yudi Iskandar bersama keluarga menyempatkan diri dan waktu untuk singgah dikediaman Pak Akop bersama istrinya untuk memberikan sedikit bantuan kepada mereka yang telah ditakdirkan, sebagai orang yang kurang mampu/miskin, dan kesusahan yang mereka alami bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah semata.
Apabila si dermawan menyadari, dan dia bisa menikmati kehidupan janganlah lupa karena ada andil si miskin, maka dia harus membebaskan saudaranya yang kurang mampu agar hidupnya dapat lebih sedikit untuk menikmati. Alangkah betapa bahagianya apabila dalam berbuka puasa mereka dapat menikmati menu berbuka paling tidak seperti layaknya kehidupan orang orang yang mampu, walaupun hanya sesekali.
Dalam kesempatan berkunjung dikediaman Pak Akop, Yudi Iskandar menyampaikan apakah dengan membiarkan mereka yang hanya mengandalkan tanggungjawab dan uluran tangan dari pemerintah itu tidak melanggar fitrah kita sebagai sesama manusia yang punya hati nurani. Bukankah kita hidup bagaikan satu tubuh dalam satu nyawa, dimana bila ujung kaki yang sakit, maka akan terasa sampai ke ubun ubun kepala. Memang Pemerintah berkewajiban membebaskan rakyatnya dari kemiskinan. Namun bagaimana dengan mereka yang tergolong berada? Apakah dalam harta mereka ada hak orang lain di sana? Marilah bersama sama kita berfikir dan peduli serta berbagi antar sesama, karena berbagi itu indah, terang Yudi.